Jeruk purut sedang naik daun di Benua Eropa. Permintaan ekspor buah bernama ilmiah Citrus hystrix itu cenderung naik dalam lima tahun terakhir.
Chief Executive Officer (CEO) PT Nusantara Segar Global, Margareta Astaman mengatakan, pamor jeruk purut sedang bagus-bagusnya di Eropa. “Di sana jeruk purut sudah masuk ke banyak restoran dan kafe,” ujar Margareta seusai seremoni pelepasan ekspor jeruk purut bernama Puri Agrihorti di halaman Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi (IP2TP) Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), Kota Batu, Jawa Timur, Selasa siang, 19 Oktober 2021.
Pelepasan ekspor jeruk purut senilai Rp 680 juta itu dilakukan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, disaksikan beberapa pejabat Kementerian Pertanian dan Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko. Kegiatan tersebut disatukan dalam acara bertajuk Gelar Teknologi Inovatif Perbenihan Jeruk Bebas Penyakit Mendukung Pengembangan Kawasan.
Margareta menjelaskan, perusahaannya sudah mengekspor aneka buah asli Indonesia sejak 2014 dengan label Java Fresh. Buah yang dikirim ke berbagai negara itu antara lain, manggis, durian, pisang, dan mangga. Sementara jeruk purut baru diekspor ke Eropa pada 2016.
Ada momentum yang membuat permintaan jeruk purut di luar negeri melonjak. Pada 2015, seorang peserta Masterchef memperkenalkan manfaat dan khasiat jeruk perut. Kegunaan utamanya sebagai bumbu masakan. Namun sang koki menggunakannya untuk minuman. Dan hasilnya, juri mengakui kalau cita rasa minuman itu lebih segar dan alami.
“Setelah itu booming. Banyak restoran dan kafe menggunakan jeruk purut sebagai salah satu bahan utama untuk pengolahan ikan segar, makanan dan minuman, serta kue-kue,” ujar Margareta. Jeruk purut sudah diekspor ke sepuluh negara. Sebanyak 45 persen diekspor ke Prancis, 40 persen ke Belanda, dan sisa 15 persen di kirim kedelapan negara lainnya. Sejauh ini, kata Margareta, dia tak mengetahui eksportir jeruk purut dari daerah dan perusahaan di Indonesia.
Perusahaan Margareta mengekspor jeruk purut sebanyak tiga sampai empat kali sebulan. Sekali kirim, volumenya mencapai satu sampai dua ton. Di Eropa, jeruk purut impor dijual sekitar 10 Euro (sekitar Rp 164 ribu) per kilogram.
Margareta menggandeng 300 petani di Kabupaten Garut, Jawa Barat, serta petani di empat kabupaten di Jawa Timur, yaitu Blitar, Kediri, Tulungagung, dan Banyuwangi. Margareta rutin mendapat bibit dari Balitjestro di Kota Batu, Malang, kemudian dibagikan kepada para petani di lima kabupaten tadi.
Jeruk purut Indonesia memiliki dua keunggulan. Pertama, berkualitas tinggi. Di pasar dunia, jeruk purut Indonesia dikenal sebagai produk yang dibudidayakan secara natural. Bibit jeruk purut unggulan yang dikembangkan Balitjestro tahan penyakit dan karenanya bisa bisa mengurangi penggunaan pestisida.
Dengan begitu, cemaran pestisidanya selalu di bawah standar Maximum Residue Limits (MRL) yang ditetapkan Uni Eropa. Singkat kata, berkualitas dan aman masuk pasar Eropa. Kelebihan lain jeruk purut di Balitjestro adalah daya tahan kesegaran dan aromanya tinggi, sehingga kualitas buah tetap stabil sampai di negara importir.
“Kedua, kita juga diberkahi iklim yang luar biasa stabil dan tanah yang sangat subur,” kata Margareta. Tanaman jeruk purut selalu berbuah tanpa mengenal musim. Artinya, pasokan selalu tersedia sepanjang tahun. Jeruk purut Indonesia mampu bersaing dengan jeruk purut dari Vietnam, Thailand, Maroko, dan Reunion Islan.
sumber: tempo.co
Leave a Reply