Profile
Istana atau Museum Balla Lompoa menjadi destinasi wisata favorit di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Lokasinya berjarak kurang lebih tiga kilometer dari kota. Selain memiliki gaya arsitektur khas Bugis, museum ini juga memiliki cerita sejarah yang menarik untuk diketahui pengunjung.
Seperti diketahui, Istana Balla Lompoa menjadi saksi sejarah tentang apa yang terjadi di masa lampau. Secara harfiah, Balla Lompoa berarti rumah besar atau rumah kebesaran yang ditinggali oleh raja. Bangunan khas ini pertama dibangun tahun 1936 oleh Raja Gowa XXXV I Mangimangi Daeng Matutu, Karaeng Bontonompo.
Dapat dipahami, bahwa dulunya Balla lompoa merupakan kediaman raja sekaligus sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Gowa. Melansir dari berbagai sumber, pembangunan istana dan pusat kegiatan pemerintahan ini juga dilakukan sebagai bentuk penolakan Raja Gowa terhadap salah satu ayat Perjanjian Bongaya yang melarang untuk mendirikan perkampungan.
Ditinjau dari aspek arsitektur, museum Balla Lompoa ini memiliki sejumlah keunikan. Sebuah penelitian berjudul “Balla Lompoa di Gowa ‘Kajian Arsitektur Tradisional Makassar” (2012) membeberkan bahwa Balla Lompoa berbentuk rumah panggung yang merupakan refleksi dari rumah adat pada masa Kerajaan Gowa.
Karakteristik khas Balla Lompoa pada gilirannya tidak hanya berfungsi sekadar warisan budaya fisik dan jejak historis arkeologis dalam wujud teknofak dan ideofak. Selain itu, rumah adat Balla Lompoa terdiri atas tiga bagian, di antaranya yakni bagian atas yang disebut loteng atau pammakang, berfungsi sebagai plafon.
Pada bagian tengah merupakan badan rumah disebut kale balla, berfungsi sebagai ruang tamu dan kamar tidur. Terakhir, yakni bagian bawah atau kolong rumah yang disebut passiringang yang berfungsi sebagai tempat kendaraan. Ketiga bagian tersebut sengaja dibangun untuk melambangkan falsafah hidup orang-orang Makassar dahulu yang bernama sulapa appa.
Di dalamnya juga terdapat berbagai hiasan khas suku Bugis. Ragam hias pada bangunan Balla Lompoa, secara imaginatif merupakan kebesaran Kerajaan Gowa di masa lampau. Pada umumnya, ragam hias mempunyai pola dasar yang bersumber dari alam sekitar manusia. Ada ragam hias yang berbentuk tumbuh-tumbuhan (flora), berbentuk binatang (fauna), tulisan Arab atau kaligrafi dan benda-benda alam lainnya.
Kawasan Balla Lompoa yang luasnya mencapai 2,6 hektare ini sebelumnya pernah dilakukan revitalisasi hingga rampung pada 2011 silam. Arifuddin Saeni, Kepala Bagian Humas dan Protokoler Gowa, Pemerintah Kabupaten Gowa saat itu mengungkapkan bahwa usaha revitalisasi itu dimaksudkan untuk menjadikan museum Balla Lompoa sebagai rumah kayu terbesar di dunia.
Map
Sorry, no records were found. Please adjust your search criteria and try again.
Sorry, unable to load the Maps API.