
Apakah Kuburan Gajah Benar-Benar Ada?
Dalam legenda, disebutkan bahwa ketika gajah merasa ajalnya semakin dekat, ia akan menuju ke tempat tertentu untuk mati di antara sisa-sisa kerabatnya. Seiring waktu, tempat tersebut akan menjadi ‘kuburan gajah’ yang dipenuhi dengan gading dan tengkorak.
Gagasan ini begitu kuat hingga muncul dalam budaya populer, seperti dalam film Disney The Lion King, di mana gambaran menyeramkan tentang kuburan gajah membekas di benak banyak orang.
Namun, benarkah tempat-tempat semacam itu ada? Dan apakah gajah benar-benar menyadari datangnya kematian?
Menurut Leanne Proops, profesor perilaku hewan di Universitas Portsmouth, ada beberapa kasus di Afrika dan wilayah lainnya di mana sejumlah besar bangkai gajah ditemukan di satu lokasi. Namun, kejadian ini biasanya disebabkan oleh faktor-faktor seperti kekeringan, perburuan besar-besaran, aktivitas geologi, atau racun dari ganggang di sumber air. “Saya bisa memahami dari mana mitos ini berasal,” kata Proops, “tetapi pada akhirnya, itu hanyalah mitos.”
Pendapat serupa dikemukakan oleh Akashdeep Roy, peneliti dari Indian Institute of Science Education and Research. “Saya akan sangat berhati-hati dalam menggunakan istilah ‘kuburan’,” katanya. “Gagasan tentang kuburan yang bertahan lama sebagian besar hanyalah mitos yang diperkuat oleh penduduk lokal dan para pemburu.”
Apakah Gajah Mengubur Bangkai Sesamanya?
Meski kuburan gajah mungkin hanyalah mitos, bukan berarti gajah tidak memiliki pemahaman atau pengalaman emosional tentang kematian. Bahkan, penelitian Roy membuka kemungkinan bahwa gajah mungkin mengubur sesamanya.
Dalam sebuah studi tahun 2024, Roy dan rekan-rekannya mendokumentasikan lima kasus di wilayah Bengal Utara, India, di mana bayi gajah ditemukan hampir sepenuhnya terkubur dalam parit drainase berlumpur di berbagai lokasi perkebunan teh. Satu-satunya bagian tubuh yang terlihat adalah kaki mereka.
Menurut Roy, penguburan ini tampak dilakukan secara strategis. Gajah dewasa mungkin menempatkan bayi gajah ke dalam parit dan kemudian menutupi tubuh mereka dengan tanah menggunakan belalai. “Saya yakin dengan temuan ini,” ujar Roy. “Ada jejak kaki gajah di sekitar bangkai, dan bagi gajah, menutup tanah di atas parit bukanlah hal yang sulit.”
Penduduk setempat di Bengal Utara dan Assam juga melaporkan penemuan beberapa lokasi penguburan lainnya, dan para tetua desa menganggapnya sebagai pengetahuan yang sudah lama ada. Kasus serupa juga pernah ditemukan pada gajah Afrika, di mana bangkai mereka ditemukan tertutup ranting dan daun.
Namun, Proops berpendapat bahwa ada kemungkinan lain mengapa anak gajah ini ditemukan terkubur. Tanpa pengamatan langsung terhadap perilaku ini, sulit untuk memastikan bahwa penguburan dilakukan secara sengaja. “Kita ingin tahu apakah ini menunjukkan bahwa mereka memahami kematian,” katanya. “Tetapi sangat sulit untuk menafsirkannya, terutama karena ini adalah kejadian yang jarang terjadi.”
Bagaimana Gajah Merespons Kematian?
Meskipun masih ada banyak pertanyaan tentang cara gajah memperlakukan kematian, ada beberapa perilaku menarik yang telah diamati. Misalnya, gajah Asia diketahui membawa bangkai anaknya selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Mereka juga kerap berjaga di sekitar bangkai anggota kawanan mereka.
Dalam penelitian Roy, gajah-gajah yang dikaitkan dengan kasus penguburan terdengar meraung selama hampir satu jam di lokasi kejadian. “Kami merasa mereka sedang berkabung,” kata Roy, “tetapi sulit untuk menafsirkan perilaku seperti ini dalam jurnal ilmiah.”
Beberapa penelitian juga mendokumentasikan gajah yang datang ke lokasi bangkai dan berinteraksi dengan tulang belulang, menyentuh dan mengendusnya dengan penuh rasa ingin tahu. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa gajah Afrika lebih tertarik pada tengkorak dan gading sesama spesiesnya dibandingkan dengan tulang dari spesies lain.
Temuan ini mengindikasikan bahwa mereka mengenali sesamanya bahkan setelah mati, dan mungkin merasakan emosi tertentu saat berada di sekitar sisa-sisa tubuh kerabatnya.
Namun, apakah ini berarti gajah memiliki konsep tentang kematian seperti manusia? Menurut Proops, bukti untuk kesimpulan semacam itu masih belum cukup kuat.
“Apa yang benar-benar kita butuhkan adalah data GPS,” katanya. “Kita perlu melihat apakah pola pergerakan gajah menyimpang dari rute normal mereka untuk mengunjungi bangkai tertentu.”
Hingga saat ini, belum ada bukti kuat bahwa gajah memahami konsep kematian atau menyadari bahwa suatu hari mereka juga akan mati. “Tidak ada bukti kuat bahwa spesies lain memiliki pemahaman tentang kematian seperti manusia,” kata Proops.
Meski begitu, cara gajah berperilaku terhadap kematian tetap menjadi salah satu aspek paling menarik dari kehidupan hewan ini. Meskipun ‘kuburan gajah’ mungkin hanyalah mitos, tidak dapat disangkal bahwa mereka memiliki hubungan yang mendalam dengan sesamanya—bahkan setelah kematian.
sumber: kompas.com